Thursday, April 06, 2006

Ultras dalam Suporter Sepakbola

Pada pertandingan 2nd leg perempat final liga champion antara AC Milan vs Olympic Lyon, gua melihat spanduk besar yang terbentang diantara tribun atas dan bawah, pada sisi Selatan Stadion San Siro atau biasa di sebut di Curva Sud (kalau dilihat dari siaran langsung di TV berada di sebelah kanan), yang bertuliskan “Bad Boys Milanisti Ultras” (seingat gua sih).

Posisi Ultras Milanisti di Curva Sud Stadion San Siro

Dari Wikipedia:
The Ultras movement, or simply Ultras, is the name given to organized supporters' groups for sports teams, mostly European supporters of football (soccer) teams. This fan sub-group appeared in Italy during the late 1960s when football teams reduced ticket prices on certain areas of the stadiums. Not to be confused with the British football firm and Casual cultures, although some of their supporting style is imitated. Although violent acts might occur, hooligan acts are more the exception than the norm.

Ultras dengan flair-nya

Eksistensi mereka sudah pasti karena ingin memberi dukungan kepada timnya. Anggapan yang ada adalah, bahwa Ultras merupakan sekelompok garis keras dari suporter sepakbola yang terkadang membuat kerusuhan. Ultras berbeda dengan hooligan, dimana hooligan membuat kerusuhan yang tidak jelas juntrungannya. Ultras lebih suka men-support timnya daripada bentrok dengan lokal (penduduk lokal atau pihak berwajib lokal). Jika memang terjadi sesuatu yang diluar kendali (seperti kerusuhan) hal ini terjadi “mungkin” karena suatu masalah yang sudah memuncak.

Menurut pandangan Ultras, mereka mempunyai tujuan dalam melakukan suatu kerusuhan (biar lebih halus dan lebih luas sebut saja pergerakan). Tujuan mereka ada selain mendukung tim kesayangannya adalah melakukan pergerakan. Maksud mereka melakukan pergerakan adalah untuk memberikan pesan.

Memberikan pesan kepada suatu pihak, tentang sesuatu yang behubungan dengan kepentingan tim baik itu didalam dan diluar pertandingan, biasanya pesan tersebut mengenai prestasi tim dan mengenai transfer pemain yang dianggap penting.

Contohnya:
Pergerakan Ultras di Firenze 1990 mengenai kepindahan Roberto Baggio dari Fiorentina ke Juventus dimana pergerakan tersebut berubah menjadi kerusuhan, dan baru-baru ini Ultras Juventus di Delle Alpi, Turin melakukan pergerakan dengan mencemooh timnya saat bertanding melawan Arsenal.

Kadang pesan yang mereka sampaikan tidak dimengerti oleh si objek pesan tersebut (pesan yang disampaikan Ultras Internisti pada perempat final UCL tahun lalu antara Inter Milan vs AC Milan), kadang pesan yang mereka sampaikan berbau politis (Ultras Laziale yang berusaha mengadopsi paham fasis dalam pesan-pesannya), dan kadang pesan yang mereka sampaikan membuat tersinggung suatu pihak (Ultras Juventus yang membuat Capello geram pada pertandingan Juventus vs Arsenal).

Ultras merupakan kelompok yang terorganisasi hal ini dapat dilihat bagaimana mereka melakukan formasi Curva, pasti dalam melakukan formasi Curva mereka melakukan koordinasi, melakukan koordinasi dengan pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan alokasi tempat dalam stadion, untuk mendapatkan tiket yang lebih murah, untuk mendapatkan akses ke stadion lebih awal sebelum pertandingan untuk mempersiapkan koreografi dan memasang atribut-atribut kebesaran timnya.

Salah satu formasi Curva AC Milan

Ultras juga berurusan dengan suporter atau Ultras dari tim tandang dimana mereka merasa wajib “menjamu” mereka dan memberikan pesan kepada mereka agar bertindak “sewajarnya”. Dalam Ultras juga terdapat rivalitas, rivalitas terjadi karena suatu tradisi yang panjang dalam perkembangan suatu tim, paling banyak rivalitas Ultras terjadi pada derby (Roma - Lazio, Inter - Milan, Sampdoria - Genoa, dll).

Ciri khas Ultras:

  1. Tidak pernah berhenti bernyanyi (meneriakan yel-yel) selama pertandingan timnya, apapun hasil pertandingannya.
  2. Tidak pernah duduk selama pertandingan timnya, apapun hasil pertandingannya.
  3. Mengikuti sebanyak mungkin pertandingan timnya, tidak memperdulikan jarak dan biaya.
  4. Patuh pada Curva (berdiri pada grup yang sudah ditentukan), Curva menjadi tempat Ultras pada pertandingan timnya, biasanya mereka yang berada di belakang gawang.

Ultras Milanisti yang memberikan dukungan

Sori, kalau penjelasan mengenai Ultras tidak mendetail dan ada penjelasan mengenai Ultras yang menyinggung

Untuk melihat daftar Ultras, bisa dilihat disini.

Sumber: dari berbagai sumber

1 comment:

Helman Taofani said...

Wow...langsung nulis Ultras ya? Keren bung...kalo mo analitis dikit, di Indonesia mule berkembang bibit-bibit ultras. Beberapa kota punya fanatisme yang gede sama tim tertentu (mention: Persib, PSMS, Arema, Persipura). Latarnya emang macem-macem sih, bisa polits-politis juga.

Btw, tifosi AC Milan termasuk salah satu ultras paling santun di Italia dan Eropa. Biasanya mereka cenderung "mengalah" jika ada keributan-keributan. Tapi unggul di segi memberi support. Inget peristiwa di San Siro kemaren (lawan Lyon). Salah satu yang bikin pemain Milan terharu dan termotivasi adalah ultras (Curva Sud) membentangkan spanduk raksasa "You Are My Whole Life" (dalam bahasa Italia). Keren ya!